DANBO

Merry Christmas 2011 and Happy New Year 2012

GONG XI FA CAI 2012

Xin Nian Kuai Le. Wan Xi Ru Yi. Sen Ti Chien Kang.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, February 20, 2013

“Di Kereta, Kami Menyambung Hidup...”


Oleh : Erik Setyawan (14120042) - 1PIK1
Ketika belum adanya peraturan larangan untuk tidak berjualan secara bebas di areal stasiun dan kereta, para pedagang asongan menjajakan dagangannya dengan leluasa, kini sekarang mereka harus diam-diam layaknya bermain “kucing-kucing” –an dengan para petugas stasiun yang selalu berjaga.
Menyusuri gerbong kereta ekonomi jurusan Stasiun Jakarta Kota – Ekonomi, terlihat beberapa orang dengan berpakaian rapih, namun sambil mendorong gerobak kecil atau menggendong kotak kecil berisi bermacam jenis barang dan makanan yang telah mereka bungkus sedemikian rupa.
PT KAI (Kereta Api Indonesia), salah satu Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, awal bulan Desember tahun 2012 lalu telah menetapkan pen-sterill-an kawasan sekitar stasiun dan setiap gerbong kereta dari para pedagang asongan, pengemis, dan gelandangan, terutama untuk kawasan Stasiun Kota.
Penjagaan di beberapa stasiun dari arah Stasiun Kota sudah mulai terlihat diperketat. Dengan disiagakannya beberapa personil berseragam TNI dan Polisi bersenjata di setiap stasiun. Dari arah Kota menuju Bekasi, penjagaan ini sudah mulai terasa di beberapa stasiun yang dilewati.
Inilah yang membuat para pedagang asongan di kereta ekonomi tujuan Bekasi selalu merasa was-was dan khawatir. Mereka sudah tidak merasa leluasa lagi untuk mencari penghasilan dengan menjual barang dagangan yang dimilikinya kepada penumpang kereta.
Pasalnya, kerap kali bila pedagang asongan tersebut yang kedapatan sedang berjualan di dalam gerbong kereta oleh Petugas Keamanan Stasiun, mereka langsung diturunkan dan digelandang ke dalam kantor keamanan.
Barang dagangan mereka pun tak luput dari sitaan. Para pedagang mengaku juga diharuskan membayar uang sebesar Rp 50 ribu untuk menebus barang dagangan mereka yang disita serta materai Rp 6 ribu untuk menandatangani surat perjanjian yang dijual dengan harga Rp 8 ribu oleh oknum keamanan tersebut.
“Kalau misal ketangkep, kita semua barang dagangannya diambil terus dibawa ke pos, disita, trus kita –nya juga harus ngebayar 50 ribu buat nebusnya, tambah materai lagi...”, ungkap pedagang asongan, Akbar, seorang ibu yang mencari nafkah di kereta dengan berjualan tissue dan makanan ringan.
Mereka juga dirugikan oleh kelakuan oknum-oknum keamanan tersebut yang dengan seenaknya mengambil barang dagangan yang disita. Banyak pedagang yang menyesalkan hal tersebut, apalagi mereka sudah harus membayar sejumlah uang yang tidak sedikit untuk menebus barang dagangannya yang disita.

Layaknya Teroris
Berkeliling lalu-lalang di dalam sesaknya gerbong kereta ekonomi yang sedang berjalan dari arah stasiun Kota hingga Bekasi, para pedagang asongan memulai peruntungannya dengan menjajakan dagangannya kepada para penumpang.
Dimulai dari Stasiun Manggarai hingga Bekasi, para pedagang asongan memberanikan diri untuk menjajakan dagangannya secara langsung dan terbuka kepada penumpang, sama halnya dengan para pengemis dan pengamen yang ada di dalam gerbong kereta ekonomi tujuan bekasi ini.
“Saya –mah gak berani ke Kota, paling dari Bekasi Saya turun di Manggarai, trus nunggu lagi keretanya balik, baru Saya naik lagi... Di Kota –mah serem Saya sama petugas keamanannya, banyak polisi sama TNI sekarang...” terang Erwin, yang berdagang asongan dengan menggunakan gerobak kecilnya.
Mereka melihat bahwa stasiun-stasiun dari arah Stasiun Jakarta Kota hingga Manggarai saat ini sangatlah ketat sekali dalam penjagaannya. Banyak sekali personil TNI dan juga Polisi bersenjata yang terlihat berjaga di area stasiun tersebut.
Walaupun stasiun-stasiun dari Manggarai hingga Bekasi sekarang masih minim penjagaannya, para pedagang asongan dan pengemis juga sedianya was-was dengan situasi penjagaan sekarang ini.
Dari cara berpakaian mereka sekarang pun bukan seperti layaknya pedagang asongan yang berada di pinggir jalan maupun angkutan umum yang sering terlihat, tapi layaknya penumpang kereta biasa. Dengan jaket, sepatu, hingga topi mereka kenakan.
Selain itu, para pedagang asongan dan pengemis juga membeli tiket seperti para penumpang kereta lainnya guna menghindari bila ada pemeriksaan oleh petugas. Membungkus barang dagangannya dengan rapih,  tidak terlihat seperti membawa barang dagangan pun mereka lakukan.
“Sekarang juga udah pada pinter, barang kita bungkus rapih biar gak kelihatan itu barang asongan... terus juga beli tiket di Manggarai buat ke Bekasi, terus nanti kalo mau balik lagi ya beli lagi di Bekasi nanti... biar ada pemeriksaan, kita gak ketahuan gitu...”, tambah Erwin.
Saat inilah mereka merasa layaknya seorang teroris yang tiap kali diincar oleh mata petugas keamanan stasiun. Mereka menyadari akan hal itu, namun mereka beranggapan bahwa kegiatan untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka ini dilakukan dengan tidak merugikan orang lain, terutama pengguna jasa kereta ini.
“Pihak Stasiun Jakarta Kota sebelumnya telah memberikan imbauan kepada para pedagang asongan juga pengemis di daerah stasiun dan kereta untuk tidak lagi berjualan atau mengemis...”, ungkap Iik, selaku Customer Service Stasiun Jakarta Kota.
Namun imbauan tersebut dirasa belum terlalu ter-ngiang di kuping para pedagang secara langsung. Mereka hanya tahu dari desas-desus para pengguna kereta. Terbukti dari beberapa pedagang yang ditanyai mengenai hal tersebut, mereka berkilah.
Enggak, enggak pernah kok kita pedagang asongan yang di kereta dikasih tau pengumuman kaya gitu langsung... ketemu langsung dengan petugasnya aja gak pernah...”, jelas Akbar yang sudah hampir 20 tahun berjualan di kereta.
Menjual dagangan kepada para penumpang kereta merupakan suatu usaha yang halal, walaupun penghasilan mereka tidak bisa ditentukan setiap harinya. Kadang untung, kadang rugi.

Nasib Kereta Ekonomi
Kereta Ekonomi jurusan Jakarta Kota - Bekasi sebentar lagi akan dihilangkan dan diganti dengan “Commuter Line”. Rencananya pihak PT KAI akan memindahkan kereta kelas ekonomi seluruhnya ke tujuan Bogor.
Peniadaaan ini juga akan berimbas hilangnya mata pencaharian para pedagang asongan dan pengemis. Mereka sangat bergantung sekali pada kereta kelas ekonomi karena mereka merasa lebih leluasa berjualan dengan tidak adanya penjagaan di dalam kereta kelas ekonomi. Sangat berbeda bila kita menumpang “Commuter Line”.
PT KAI sendiri mengatakan bahwa kereta lokal kelas ekonomi masih dipercayakan sebagai kereta yang sifatnya lebih umum dan terbuka. Bisa dilihat dari harga karcis yang terbilang sangat terjangkau pula, bila dibandingkan dengan “Commuter Line”, sehingga dari segi pengamanan di dalam gerbong kereta juga masih agak minim.
Namun tidak dipungkiri bahwa penumpang kereta kelas ekonomi, terutama jurusan Jakarta Kota – Bekasi masih sangat ramai peminatnya. Penuh sesak, itulah yang dirasakan pada saat berada di gerbong kereta jurusan ini. Terutama pada jam berangkat kerja dan pulang kantor.

Sudut Pandang Ekonomi
“Ekonomi di Indonesia dirasa sudah semakin membaik, namun bukan masalah kemiskinanlah yang sekarang dirasa sebagai penyebab utama, namun ketidakmerataan”, jelas Veny Anindya, SE, M.Ec, Dosen Ekonomi Universitas Bunda Mulia Jakarta.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi dan juga menurut pendapat Veny, mengapa seseorang mencari nafkah dengan berjualan asongan, mengemis, atau yang lainnya dikarenakan ketidakmerataan penduduk yang ada, terutama di Pulau Jawa.
Sekitar kurang lebih setengah dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia bertempat tinggal di Pulau Jawa, sehingga mengakibatkan sumber daya manusia yang ada tidak dapat ditampung oleh perusahaan-perusahaan yang ada.
Oleh sebab itu, banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan tersebut akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah dengan berjualan asongan, mengamen, atau mengemis diberbagai tempat seperti pinggir jalan, lampu merah, hingga di dalam kereta.
Mereka sebenarnya juga tak ingin melakukan hal tersebut, namun keadaanlah yang mengharuskan mereka melakukan ini. Mereka masih sangat bersyukur untuk bisa memenuhi nafkah sendiri maupun keluarga, serta anak-anak mereka yang juga sering ikut orang tuanya mencari nafkah dengan cara yang halal. Setidaknya mereka tidak melakukan tindakan kriminal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Para pedagang asongan, pengemis, juga pengamen di dalam gerbong kereta sebenarnya bukanlah hal yang dirasa merugikan. Bahkan banyak yang menilai dengan adanya mereka di dalam kereta, para penumpang merasa nyaman karena mereka menjual barang-barang yang kebetulan mereka butuhkan pada saat di kereta.
Kalo dijam-jam senggang yaa gak nge-ganggu–lah, kan jalannya longgar, nah kalo lagi penuh dan jualan itu baru ganggu”, ungkap pengguna kereta, Toni, yang ingin melanjutkan perjalanan pulang menuju Bekasi dari stasiun Manggarai.
Mereka jugalah yang sebenarnya menjaga kebersihan gerbong kereta. Mereka memunguti sampah-sampah, seperti botol plastik, bungkus rokok, hingga kantong plastik untuk tambahan mereka. Mereka juga selalu memperingati para penumpang yang kedapatan lalai di dalam kereta agar tidak terjadi aksi-aksi kriminal di dalam kereta.
“Kita jualan juga sambil merhatiin penumpang, kalo misalkan dirasa ada yang lalai gitu, kadang kita ingetin mereka, biar gak kenapa-kenapa”, terang Akbar.
Tidak seharusnya mereka diusir begitu saja. Mereka juga tidak ingin seperti ini. Mereka semua menggantungkan hidupnya di dalam kereta. Kita harus melihat sisi positif dari mereka, setidaknya mereka tidak melakukan aksi-aksi kriminal hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Bila seluruh stasiun dan kereta sudah di- sterill -kan oleh pedagang asongan dan pengemis, maka mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka. Secara tidak langsung, hal ini dapat mengakibatkan jumlah pengangguran dan aksi-aksi penyimpangan sosial yang tidak diinginkan meningkat. Apalagi mereka kerap kali gagal mendapatkan pekerjaan yang layak guna memenuhi kebutuhan hidup mereka di Kota seperti Jakarta ini.
Alangkah baiknya, bila pihak PT KAI memberikan jalan keluar yang sifatnya menguntungkan bagi kedua pihak. Perundingan-perundingan langsung dari pihak terkait dengan para pedagang rasanya sangat diperlukan. Apalagi para pihak terkait tersebut belum pernah terlihat turun langsung melihat keadaan yang mereka alami.
Dengan memberikan ijin resmi dan seragam untuk berjualan bagi mereka yang ingin menjadi pedagang asongan rasanya sangat diimpi-impikan oleh mereka saat ini. Mereka juga tidak keberatan bila adanya penarikan iuran oleh pihak PT KAI bila ingin berjualan di kereta, asalkan mereka dapat mencari uang tanpa adanya kekhawatiran yang menghantui mereka selama ini.
Bila merasa keberatan dengan hal ini, ada baiknya PT KAI dapat memperkerjakan mereka dengan layak, sehingga mereka tidak kehilangan mata pencaharian mereka begitu saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

RULES !!!

iBlogger.web.id Aksesoris Blog Moody Blogger by Moch. Iqbal Chahyadi